Pages

Jumat, 11 Juni 2010

Kisah Nyata Rina Amalina




Suamiku kini tlah tiada dan penyesalanku yg terus ada...

Ini adalah kisah nyata di kehidupanku
Seorang suami yg kucintai yang kini telah tiada
Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku
Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku
Suamiku adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang ada di keluarga ini dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami rasa sudah lebih dari cukup.

Aku merasa sangat berdosa ketika teringat suamiku pulang bekerja dan aku menyambutnya dengan amarah,tak kuberikan secangkir teh hangat melainkan kuberikan segenggam luapan amarah.
Selalu kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku,tak mengerti aku,dan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.
Tapi kini aku tahu.Semua ucapanku selama ini salah.dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada.
Temannya mengatakan padaku sepeninggal kepergiannya.
Bahwa dia selalu membanggakan aku dan anakku di depan rekan kerjanya.
Dia berkata, “ setiap kali kami ajak dia makan siang,mas anwar jarang sekali ikut kalau tidak penting sekali,alasannya slalu tak jelas. Dan lain waktu aku sempat menanyakan kenapa dia jarang sekali mau makan siang, dia menjawab, “ aku belum melihat istriku makan siang dan aku belum melihat anakku minum susu dengan riang.lalu bagaimana aku bisa makan siang.” Saat itu tertegun,aku salut pada suamimu. Dia sosok yang sangat sayang pada keluarganya. Suamimu bukan saja orang yang sangat sayang pada keluarga,tapi suamimu adalah sosok pemimpin yang hebat. Selalu mampu memberikan solusi-solusi jitu pada perusahaan.”
Aku menahan air mataku karena aku tak ingin menangis di depan rekan kerja suamiku. Aku sedih karena saat ini aku sudah kehilangan sosok yang hebat.

Teringat akan amarahku pada suamiku,aku selalu mengatakan dia slalu menyibukkan diri pada pekerjaan,dia tak pernah peduli pada anak kita. Namun itu semua salah. Sepeninggal suamiku. Aku menemukan dokumen2 pekerjaannya. Dan aku tak kuasa menahan tangis membaca di tiap lembar di sebuah buku catatan kecil di tumpukan dokumen itu, yang salah satunya berbunyi, “ perusahaan kecil CV.Anwar Sejahtera di bangun atas keringat yang tak pernah kurasa. Kuharap nanti bukan lagi CV.Anwar Sejahtera, melainkan akan di teruskan oleh putra kesayanganku dengan nama PT. Syahril Anwar Sejahtera. Maaf nak, ayah tidak bisa memberikanmu sebuah kasih sayang berupa belaian. Tapi cukuplah ibumu yang memberikan kelembutan kasih sayang secara langsung. Ayah ingin lakukan seperti ibumu. Tapi kamu adalah laki-laki. Kamu harus kuat. Dan kamu harus menjadi laki-laki hebat. Dan ayah rasa,kasih sayang yang lebih tepat ayah berikan adalah kasih sayang berupa ilmu dan pelajaran. Maaf ayah agak keras padamu nak. Tapi kamulah laki-laki. Sosok yang akan menjadi pemimpin,sosok yang harus kuat menahan terpaan angin dari manapun. Dan ayah yakin kamu dapat menjadi seperti itu.”
Membaca itu,benar2 baru kusadari.betapa suamiku menyayangi putraku.betapa dia mempersiapkan masa depan putraku sedari dini. Betapa dia memikirkan jalan untuk kebaikan anak kita.

Setiap suamiku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, “ ibu capai?istirahat dulu saja”
Dengan kasar kukatakan, “ ya jelas aku capai,semua pekerjaan rumah aku kerjakan. Urus anak,urus cucian,masak,ayah tahunya ya pulang datang bersih.titik.”
Sungguh,bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi dia hanya diam saja. Sembari tersenyum dan pergi ke dapur membuat teh atau kopi hangat sendiri. Padahal kusadari. Beban dia sebagai kepala rumah tangga jauh lebih berat di banding aku. Pekerjaannya jika salah pasti sering di maki-maki pelanggan. Tidak kenal panas ataupun hujan dia jalani pekerjaannya dengan penuh ikhlas.

Suamiku meninggalkanku setelah terkena serangan jantung di ruang kerjanya.tepat setelah aku menelponnya dan memaki-makinya. Sungguh aku berdosa. Selama hidupnya tak pernah aku tahu bahwa dia mengidap penyakit jantung. Hanya setelah sepeninggalnya aku tahu dari pegawainya yang sering mengantarnya ke klinik spesialis jantung yang murah di kota kami. Pegawai tersebut bercerita kepadaku bahwa sempat dia menanyakan pada suamiku.
“pak kenapa cari klinik yang termurah?saya rasa bapak bisa berobat di tempat yg lebih mahal dan lebih memiliki pelayanan yang baik dan standar pengobatan yang lebih baik pula”
Dan suamiku menjawab, “ tak usahlah terlalu mahal. Aku cukup saja aku ingin tahu seberapa lama aku dapat bertahan. Tidak lebih. Dan aku tak mau memotong tabungan untuk hari depan anakku dan keluargaku. Aku tak ingin gara-gara jantungku yang rusak ini mereka menjadi kesusahan. Dan jangan sampai istriku tahu aku mengidap penyakit jantung. Aku takut istriku menyayangiku karena iba. Aku ingin rasa sayang yang tulus dan ikhlas.”
Tuhan..Maafkan hamba Tuhan,hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus menyayangi keluarga ini. Aku malu pada diriku. Hanya tangis dan penyesalan yang kini ada.

Saya menulis ini sebagai renungan kita bersama. Agar kesalahan yang saya lakukan tidak di lakukan oleh wanita-wanita yang lain. Karena penyesalan yang datang di akhir tak berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa.
Banggalah pada suamimu yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan mengering tanpa dia sadari.
Banggalah pada suamimu,karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling indah jika suamimu mendengarnya.
Sambut kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat. Kecup keningnya agar dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.
Sambutlah dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamimu.
Selagi dia kembali dalam keadaan dapat membuka mata lebar-lebar.
Dan bukan kembali sembari memejamkan mata tuk selamanya.

Teruntuk suamiku.
Maafkan aku sayang.
Terlambat sudah kata ini ku ucapkan.
Aku janji pada diriku sendiri teruntukmu.
Putramu ini akan kubesarkan seperti caramu.
Putra kita ini akan menjadi sosok yang sepertimu.
Aku bangga padamu,aku sayang padamu.

Istrimu
Rina

Silahkan berbagi tulisan ini kepada saudara,teman,kerabat anda. Saya berharap pengalaman yg saya miliki dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.

Sumber Kaskus


ini dia hasil dari ngutek2 desktop selama 3 hari...
theme win7 yang merupakan hasil racikan dari beberapa software antara lain:
1. rainmeter dengan skin nature untuk slide show foto dan notes
2. mycolor untuk toolbar dan sistem dalam
3. icon packager untuk icon2 folder dll
4. desktop icon toy untuk membentuk shortcut seperti bentuk hati
5. gadget


untuk link dunlud software,...ane kasih di posting mendatang ya... :D

Selasa, 01 Juni 2010

DENDAM ITU SANGAT MAHAL HARGANYA

Aku berjalan dengan seorang temanku, seorang anggota kelompok Quaker, menuju sebuah stand koran malam itu. Ia membeli sebuah koran, dengan sopan ia mengucapkan terima kasih kepada penjualnya. Namun penjual koran itu tidak mempedulikan ucapan tersebut.

“Orang yang tidak sopan, ya?” komentarku.
“Oh, setiap malam ia selalu begitu,” sangkal temanku.
“Lalu mengapa Anda terus begitu sopan kepadanya?” tanyaku.
“Kenapa tidak?” sanggahnya. “Kenapa aku membiarkannya menentukan bagaimana aku akan bertindak?”

Saat aku memikirkan kejadian itu selanjutnya, muncul dalam benakku bahwa ungkapan yang penting adalah “tindakan”. Temanku bertindak terhadap orang lain; kebanyakan kita bereaksi terhadap mereka.

Ia memiliki suatu indera keseimbangan mental yang tidak ada pada sebagian besar kita; ia tahu siapa dirinya, untuk apa ia bersikap, dan bagaimana ia akan berperilaku. Ia tidak mau membalas ketidaksopanan dengan ketidaksopanan, karena dengan itu ia tidak lagi mampu mengendalikan perilakunya. (Sebagaimana diceritakan Sidney J. Haris dalam buku “Mind Power”).

****
Hidup ini tidak selamanya putih, dan juga tidak selamanya hitam. Ada kalanya hitam dan adakalanya putih. Begitu pun dengan karakter manusia; ada yang jahat dan ada yang baik. Allah telah mengilhamkan kepada hati: “fujuroha wa taqwaha”.

Dari sana kita dapat mengambil pelajaran penting bahwa tidak selamanya kita mendapatkan kawan yang baik, yang selalu melontarkan kebaikan-kebaikan bukan hinaan-hinaan, yang mengajak kita pada keimanan bukan kemaksiatan, yang menutup aib-aib kita bukan memfitnah kita.

Kadang kita mendengar A, B, C, D mengatakan kata-kata kasar yang mengusik ketenangan kita. Tuduhan-tuduhan busuk mengarah kepada kita ibarat lemparan pecahan beling yang mengenai muka dan tubuh kita, terasa perih menyayat hati. Kadang yang mangatakan itu adalah teman yang terdekat dengan kita, kadang melalui orang lain yang dia terima dari teman kita, dan lain sebagainya.

Ingin rasanya marah, benci, dendam, melumatnya hingga mati. Ingin rasanya mengata-ngatainya lagi; membalas ketidaksopanan dengan ketidaksopanan, hinaan dengan hinaan, percikan api dengan percikan api. Tapi itu tidak menyelesaikan masalah. Jika kita meladeninya, masalah kita justru malah semakin bertumpuk; yang satu belum selesai yang lain muncul lagi. Kemarahan, kebencian, dendam kesumat membuat tubuh bergetar hebat, nafas memburu, darah dalam tubuh mendidih dan uapnya menutup akal sehat kita sehingga kita bisa mati terbunuh karenanya, atau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan yang selama ini kita ketahui bahwa itu tidak baik.

Ada seorang pengendara sepeda motor yang karena sedikit terserempet mobil, dia marah-marah lantas kemudian menancapkan belati yang dia bawa ke perut pengendara mobil tersebut. Pengendara mobil tersebut tewas seketika karena kehabisan darah! Pengendara sepeda motor itu ditangkap kemudian di penjara. Dia menyesal kenapa dia melakukan seperti itu. “Saya khilaf” akunya. Berhati-hatilah jika bermain api. Jangan engkau perbesar ia dengan menambah amunisi yang akan semakin memperbesarnya. Syetan itu sangat senang melakukan hal-hal semacam itu.

Sejauh data-data tertulis yang ada, orang menghadapi kematian mendadak saat ia mengalami ketakutan, kemarahan, kesedihan, penghinaan atau kegembiraan yang sangat. Pada awal abad masehi, Raja Romawi, Nerva, dilaporkan meninggal akibat “akses kemarahan yang hebat” terhadap senator yang telah menyinggung perasaannya. Pope innocent IV dikabarkan meninggal mendadak akibat “efek-efek kemarahan yang mengerikan bagi sistem tubuhnya” karena kekalahan-kekalahan tentaranya oleh Manfred, Raja Sicilian.

Oleh karena itu, Rasulullah Saw memandang bahwa yang dimaksud orang kuat itu bukan orang yang jago berkelahi, tetapi orang yang kuat adalah orang yang sanggup mengendalikan amarahnya ketika ada kesanggupan untuk marah. Di dalam tubuh kita ini sudah ada unsur api (fujuroha), di samping unsur cahaya (taqwaha). Sehingga jika kita menambahi api itu dengan api yang lebih besar (amarah), maka hasilnya akan jauh lebih besar dan besar.

Contoh dalam mengendalikan amarah telah diperlihatkan oleh Rasulullah dan orang-orang beriman lainnya. Ketika Rasulullah berdakwah ke Thaif, beliau dilempari oleh penduduknya dengan batu sambil di hina: Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal (gila) dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (Al A'raaf : 66). hingga tubuh beliau berdarah-darah. Beliau tidak marah. Beliau menangis tersungkur disuatu tempat sambil berdoa kepada Allah. Melihat itu, malaikat Jibril mengatakan kepada beliau, jika beliau berkenan, dia akan menghimpit penduduk thaif dengan dua gunung yang ada disekitarnya. Dengan airmata berlinang beliau mengatakan, “Jangan, mereka hanya tidak tahu siapa aku. Mudah-mudahan di hari nanti mereka menerima dakwahku.”

Sungguh mulia akhlakmu ya Rasul. Mari kita mencontoh akhlak Rasul ini. Apabila kita mendapat hinaan, dinginkan dengan doa dengan penuh kekhusyuan, “Ya Allah, jika apa yang dikatakannya benar, ampunilah aku. Sungguh hamba-Mu memang banyak sekali berbuat dosa. Namun, jika apa yang dikatakannya tidak benar, berikanlah aku pahala darinya.”

Al Hasan berkata: Seorang mukmin yang penyantun tidak akan berlaku usil sekalipun ia diusili! Lalu beliau membaca firman Allah: Apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Al Furqan : 63)

Berkata Yazid bin Hubaib: Sesungguhnya kemarahanku itu berada di sandalku. Bila aku mendengar sesuatu yang tidak aku sukai, aku ambil sandalku itu dan aku pun berlalu.

by mafaza
sumber : http://penulis-muda.blogdrive.com/